Contoh Mini Paper
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sehubungan untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan seni tari, maka disusunlah Mini paper ini. Mini paper ini mengadaptasikan model pembelajaran peer teaching dalam pengembangan
pendidikan seni tari. Irma Damajanti (Dalam Psikologi Seni, 2013 hal 13) seni
sudah ada sejak awal keberadaan manusia. Homo sapiens, nenek moyang kita yang
paling awal yaitu manusia Cro-Magnon (33.000-10.000 SM), membuat lukisan dan
mungkin juga musik, tari, dan drama. Menggunakan bahan alami dari
tumbuh-tumbuhan, manusia pertama tersebut menutupi dinding gua dengan lukisan
binatang buruannya.
Dengan
demikian, seni tari sudah ada bahkan sejak zaman manusia homo sapiens atau
manusia Cro-Magnon. Namun, saat ini seni di geluti oleh orang-orang yang
profesional di bidangnya. Sehingga tidak semua orang mampu dan bisa
melakukannya, dengan begitu dibutuhkan suatu cara ataupun strategi untuk menyampaikan
seni tari yang lebih mudah dan optimal.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah mengenai pembelajaran sastra adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Seni Tari dan
Kreatifitas?
2.
Bagaimana Model Peer Teaching dalam Pengembangan
Pendidikan Seni Tari?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
mengenai pembelajaran sastra adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui Seni Tari
dan Kreatifitas;
2. Mengetahui
dan menjelaskan Model Peer Teaching
dalam Pengembangan Pendidikan Seni Tari.
|
PEMBAHASAN
A.
Seni
Tari dan Kreatifitas
Dewasa ini seni
tari selain dilakukan oleh para praktisi dan profesionalitas juga menjadi bagian integral dari mata pelajaran.
Di SD misalnya, pendidikan seni tari sudah menjadi pembelajaran tambahan
disekolah. Bahkan adapula ekstrakurikuler yang mewadahi minat siswa dalam seni
tari. Namun, yang menjadi permasalahannya adalah tidak semua guru memiliki skill untuk membelajarkan seni tari.
Sehingga tak ayal seni tari dipandang sulit, hanya segelintir orang saja dan
yang memiliki bakat yang menguasainya. Tentunya dalam seni tari membutuhkan
kreatifitas untuk pengembangannya.
Wallas
(dalam Psikologi Seni, Irma Damajanti, 2013 hal 23-24) mengemukakan bahwa
proses kreasi melibatkan empat tahap yang berurutan, yaitu :
1. Preparation (tahap
persiapan atau masukan) ialah tahap pengumpulan informasi atau data yang
diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan berbekal bahan pengetahuan
maupun pengalaman, individu menjajag bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
masalah. Disini belum ada arah yang pasti atau tetap, akan tetapi alam
pikirannnya mengeksplorasi macam-macam alternatif. Pada tahap ini pemikiran
pemikiran divergent dan pemikiran
kreatif sangat penting.
2. Incubation (tahap
pengeraman) ialah tahap ketika individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara
dari masalah tersebut., dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara
sadar, tetapi “mengeraminya” dalam alam pra sadar. Sebagaimana dilaporkan dari analisa biografi
maupun laporan-laporan tokoh-tokoh seniman dan ilmuan, tahap ini penting
artinya dalam proses timbulnya inspirasi. Mereka semua melaporkan bahwa
inspirasi yang merupakan titik awal dari suatu penemuan atau kreasi baru
berasal dari daerah pra sadar atau timbul dalam keadaan ketidaksadaran penuh.
3. Illumination (tahap
inspirasi) ialah tahap timbulnya insight atau
Aha-Erlebnis, saat timbulnya
inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali
dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.
4.
Verification
(tahap pembuktian atau pengujian) disebut juga tahap
evaluasi, ialah tahap ketika ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap
realitas. Disini diperlukan pemikiran yang kritis dan konvergen. Dengan
perkataan lain, proses divergensi
(pemikiran kreatif) harus diikuti oleh pemikiran konvergen (pemikiran kritis).
Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif. Akseptasi
total harus diikuti oleh kritik. Firasat harus diikuti oleh pemikiran yang
logis. Keberanian harus diikuti dengan sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti
oleh pengkajian terhadap realitas (reality-testing).
Bertolak dari pendapat Wallas, proses
kreasi pun memiliki beberapa tahap. Dalam pengembangan ide atau gagasan yang
kreatif harus diikuti dengan keadaan realita. Berimajinasi pun harus diikuti
dengan pemikiran yang logis. Dengan begitu, proses menghasilkan suatu gerakan
tari ataupun bentuk lainnya diperlukan pemikiran dan sikap selektif.
B.
Model
Peer Teaching dalam Pengembangan
Pendidikan Seni Tari
Terdapat tiga
konsep yang menjadi ciri ataupun indikator dari Peer Teaching, yaitu konsep pertama bahwasannya model pengajaran
ini tergantung dari strategi yang digunakan siswa untuk mengajarkan siswa
lainnya, konsep kedua bahwasannya Peer
Teaching ini berbeda dengan belajar bersama, karena dalam kondisi ini siswa
dipasangkan dan diberi tanggung jawab untuk mengajarkan kepada siswa yang lain,
sedangkan konsep ketiga bahwasannya model pembelajaran Peer Teaching berbeda dan jangan disamakan dengan pembelajaran
berkelompok.
Eka
Nugraha dan Helmy Firmansyah (2013 hal 157-) pada model Peer Teaching guru harus dapat menahan dan membatasi kesemuanya,
kecuali satu yaitu mengatur interaksi yang mungkin terjadi baik selama maupun
setelah proses percobaan mengajar tersebut. Tanggungjawab yang lebih besar
kemudian dibebankan kepada siswa yang kemudian disebut dengan tutor yang telah
dilatih sebelumnya untuk mengawasi dan menganalisa siswa yang lainnya.
Istilah
dalam Peer Teaching mungkin akan
sedikit membingungkan. Untuk mencegahnya, maka keempat istilah yang akan sering
muncul dalam pembahasan ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Tutor : orang yang berperan sebagai
pengajar.
2. Learner : orang yang berlatih dibawah pengawasan
tutor.
3. Dyad : pasangan tutor dengan learner.
4. Student : istilah untuk keseluruhan siswa yang
ada dalam suatu kelas diluar peran mereka sebagai tutor dan learner.
Model Peer Teaching ini dapat diterima karena
dapat membantu mengurangi permasalahan. Ketika mereka berperan sebagai learner, setiap siswa memiliki tutor
masing-masing yang bertugas mengawasi dan mengalisa setiap kegiatan yang
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran. Dan ketika berperan
sebagai tutor, siswa secara kognitif mampu meningkatkan pemahamannya terhadap
tugas yang diberikan sehingga dapat berlatih dengan benar ketika tiba
gilirannya untuk menjadi learner.
Peer Teaching memiliki potensi yang
besar dalam meningkatkan perkembangan kognitif siswa. Untuk menjadi tutor yang
baik, siswa harus mengetahui kunci dalam memperagakan sebuah petunjuk gerakan
dan memahami hubungan antara petunjuk yang diberikan dengan hasil latihan yang
harapkan.
Melalui
model Peer Teaching ini yang diaplikasikan dalam pengembangan
pembelajaran pendidikan seni tari dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman
dan meningkatkan skill siswa.
Sehingga tidak ketergantungan kepada guru, dengan mengaplikasikan model Peer
Teaching pembelajaran menjadi lebih efektif dan capaian-capaian dapat
dicapai secara efisien.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Model Peer Teaching merupakan salah satu
bentuk terobosan dalam pengembangan pembelajaran pendidikan seni tari di
sekolah. Membantu guru dan mengoptimalisasikan efektifitas waktu yang tersedia
dengan capaian-capaian. Selain itu, model Peer
Teaching membantu dan memberi kesempatan lebih kepada siswa untuk mengeksplorasi
dirinya dan membuat siswa lebih mandiri dan bertanggung jawab terhadap beban
yang diberikan kepadanya.
B.
Rekomendasi
Selayaknya untuk
dapat mewujudkan tipe belajar students
center, guru tidak melulu memberikan tugas atau diskusi saja. Namun,
diharapkan model Peer Teaching ini
dapat digunakan sebagai salah satu terobosan baru guna meningkatkan kualitas
pembelajaran dan kemandirian serta tanggungjawab dalam diri siswa.
|
https://annisaanitadewi-ad.blogspot.com/2017/04/contoh-mini-paper.html
Comments
Post a Comment